Ular Raksasa Berusaha Telan Pelajar SMP
(24 Maret 2010)
Photo Suara News(Bukan Ular Telan Plj) | Photo Bangka Post(Ular yg ditangkap) |
Saat itu, Zakaria bersama tiga temannya mandi di Sungai Tembung dan tanpa diduga, seekor ular ukuran besar keluar dari lobang besar berupa terowongan di pinggir Sungai Tembung, mengejar pelajar yang lagi asik mandi dan berenang.
Zakaria tidak bisa menyelamatkan diri karena capek, sementara tiga temannya bisa keluar menyelamatkan diri keluar dari Sungai Tembung.
Akhirnya, korban dililit ular yang sedang kelaparan itu, dan nyaris ditelan.
Tiga temannya yang selamat meminta bantuan warga yang tidak begitu jauh dari lokasi kejadian. Sejumlah warga memukul dan menombak tubuh ular itu menggunakan bambu. Akhirnya ular melepaskan lilitan dan gigitannya kepada korban, dan segera masuk terowongan di mana dia muncul.
Zakaria lalu dibawa ke RS Mitra Husada di Pekan Tembung, namun nyawanya tidak tertolong lagi dan dibawa pulang ke rumahnya di Jalan Gambir Pasar VIII Dusun VI Desa Sei Rotan, Kabupaten Deli Serdang. Sementara itu, Jumat sore lalu, seekor ular piton panjang enam meter berhasil ditangkap warga dibantu dua orang pawang ular. Piton besar itu ditangkap sekitar pukul 19.30 WIB di Sungai Tembung, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.
Namun diduga ular yang ditangkap ini bukan pemangsa Zakaria. "Ular yang ditangkap itu adalah diduga ular yang lain yang kebetulan sedang berkeliaraan di Sungai Tembung," kata seorang warga Bandar Klipa, Muhammad Syafii (57) di Tembung, Sabtu.
Lokasi Sungai Tembung ada sekitar 15 km arah timur kota Medan. Syafii yang tinggal tidak jauh dari Sungai Tembung, mengatakan ular yang ditangkap itu bukan yang ular yang melilit Zakaria. Dia menjelaskan,m ular yang ditangkap kulitnya masih mulus dan tidak ada sedikit pun luka di badannya, sementara ular yang memangsa Zakaria kulitnya agak hitam dan bagian badannya ada bekas-bekas luka akibat ditombak warga saat menyelamatkan korban.
Pawang ular yang turut serta menangkap ular tersebut juga membenarkan keterangn Syafii. "Ular ini adalah bukan ular yang sedang dicari. Ular ini adalah ular yang lain," kata Syafii mengutip ucapan pawang ular.
Menurut pawang ular di lokasi tempat korban dililit, diperkirakan masih ada dua lagi ular ukuran besar yang salah satunya ular pemangsa pelajar SMP tersebut. Syafii menyebutkan, di lokasi ditemukannya ular piton itu, ada dua buah lobang besar berupa terowongan pembuangan air limbah yang diduga berasal dari Pabrik Tekstil di samping Sungai Tembung.
Tidak berapa jauh dari terowongan itu, juga tumbuh sebatang pohon beringin ukuran besar dan diperkirakan berusia puluhan tahun, persis di pinggiran Sungai Tembung.
Cara Ular "Melihat" Pada Malam Hari
Beberapa ilmuwan, Minggu (14/3), mengungkapkan untuk pertama kali bagaimana sebagian ular dapat mendeteksi panas tubuh yang lemah dan dipancarkan oleh tikus dalam jarak satu meter dengan ketepatan yang cukup akurat serta kecepatan untuk berburu di dalam gelap.
Selama berabad-abad telah diketahui bahwa ular derik, boa dan piton memiliki apa yang disebut organ rongga di antara mata dan lubang hidungnya yang dapat merasakan bahkan sekelumit radiasi infra-merah --panas-- di sekitar mereka, sebagaimana dikutip dari AFP.
Di antara ular berbisa, "diamonblack rattlesnake", hewan asli Meksiko utara dan Amerika Serikat barat-daya, berada di klasnya sendiri --kemampuannya mencari panas 10 kali lebih kuat dibandingkan dengan ular lain sepupunya.
Bahkan dengan potongan kecil yang menutupi matanya, ular tersebut telah memperlihatkan kemampuan untuk melacak dan membunuh korban dengan mata tertutup.
Tetapi bagaimana secara tepat hewan reptil itu mendeteksi dan mengubah sinyal infra-merah menjadi denyut syaraf tetap menjadi misteri, dan objek perdebatan tajam.
Satu calon ialah proses protokimiawi yang menggaris-bawahi pandangan, sedangkan mata melihat radiasi elektromagnetik --cahaya penglihatan bagi manusia-- dalam bentuk proton yang mengaktifkan sel-sel penerima, yang pada gilirannya mengubah energi jadi sinyak biokimia di otak.
Sebagian ikan, misalnya, dapat melihat ke dalam panjang gelombang spektrum elektromagnetik infra-merah. Namun David Julius, ahli biologi molekular di University of California di San Fracisco, memperlihatkan dalam percobaan laboratorium bahwa jalur syaraf yang berbeda bekerja bagi "indra keenam" ular tersebut.
"Dalam kasus ini, radiasi infra-merah benar-benar terdeteksi di dalam organ rongga itu sebagai panas," kata Julius dalam wawancara telefon dengan kantor berita Prancis, AFP. "Kami mendapat molekul itu bertanggung jawab."
Membran yang sangat tipis di dalam organ rongga tersebut --terutama lubang dangkal yang terlihat tulangnya-- menghangat saat radiasi masuk melalui pembukaan pada kulit, ia menjelaskan. Karena membran tersebut adalah ruang dangkal, itu sensitif terhadap perubahan temperatur.
"Jaringan yang memanas lalu mengirim sinyal ke serat syaraf untuk mengaktifkan penerima yang telah kami identifikasi", yang dikenal sebagai saluran TRPA1, katanya. Jalur syaraf-kimiawi yang terlibat tersebut menunjukkan ular merasakan panas dan bukan melihatnya.
"Molekul yang kami temukan itu milik satu keluarga penerima yang berkaitan dengan jalur rasa sakit pada mamalia," kata Julius. Pada manusia, mekanisme yang serupa disebut "wasabi receptor", karena itu memungkinkan sistem syaraf sensor manusia mendeteksi iritasi --seperti bumbu Jepang-- yang berasal dari keluarga mostar.
Namun, itu bukan diaktifkan oleh panas. Temuan tersebut, yang disiarkan di jurnal Nature, juga mungkin memberi cahaya mengenai bagaimana ular, yang telah melata di seluruh planet Bumi selama lebih dari 100 juta tahun, berevolusi.
"Mempelajari perubahan pada molekul sensor adalah cara yang menarik untuk meneliti evolusi karena saat hewan menghuni tempat yang berbeda, mencium dan merasakan benda yang berbeda, memburu hewan yang berbeda, sistem sensor mereka harus menyesuaikan diri," kata Julius.
Temuan itu juga menunjukkan bahwa kekuatan seleksi alam menghasilkan mekanisme pencari panas serupa yang luar biasa pada reptil dan pada kesempatan terpisah. Tak seperti ular boa atau piton, yang juga memiliki organ rongga, viper --termasuk ular derik-- relatif baru muncul, dalam kasus evolusi, sehingga diduga telah mengembangkan kemampuan yang sama secara independen.
"Mengagumkan untuk menduga mutasi acak mungkin telah terjadi pada jenis penyelesaian yang sama lebih dari satu kali," kata Julius.
Posted in
Labels:
Berita Penting ()
0 comments:
Posting Komentar