Perjalanan Menuju “Lonely Planet”
(28 Agustus 2009)
Kita mulai dari kisah Maureen, yang lahir di Kota Belfast, Irlandia Utara, tahun 1950. Ketika berusia 20 tahun, ia pergi ke London, Inggris. Di sana, di sebuah taman, pada tanggal 7 Oktober 1970, dia bertemu dengan calon suaminya: Tony Wheeler. Saat itu, Tony berusia 23 tahun dan baru saja mulai kuliah di London Business School. Keduanya saling jatuh cinta... Setahun kemudian, pasangan itu memutuskan untuk menikah.
Pasangan Wheeler adalah pasangan yang suka tantangan dan petualangan. Mereka belum memikirkan kehidupan mapan. Oleh karena itu, saat menerima tawaran kerja dari Ford Motor Company (pemimpin pasar mobil di Eropa waktu itu), Tony mengirimkan surat permohonan untuk menundanya setahun. Sebab, ia dan istrinya punya rencana besar: melakukan perjalanan ke Australia, dengan cara melintasi Eropa dan Asia. Dana dan pengetahuan yang minim tidak menghambat semangat mereka!
Pada 1972, mereka memulai perjalanan dengan menuju Selat Bosphorus. Melalui Istanbul, Turki mereka menuju Benua Asia. Banyak hal menyenangkan, menarik, maupun menyebalkan yang terjadi.
Ketika akhirnya tiba di Australia dengan uang 27 sen dan sebuah kamera (itu pun harus digadaikan agar bisa mendapatkan uang), Tony dan Maureen pun dihujani berbagai pertanyaan.
"Bagaimana cara kalian melakukan perjalanan yang mudah dan murah? Apa saja yang kalian lihat selama perjalanan?"
"Berapa sih ongkos perjalanan kalian? Di manakah penginapan termurah di Queenstown?"
"Hai, gimana caranya ke Andorra? Terus, gimana caranya menyeberangi Afganistan untuk sampai ke India?"
"Astaga... apakah kalian enggak pernah sakit sewaktu dalam perjalanan? Bagaimana kalau hal itu terjadi?" Semua pertanyaan-pertanyaan ini memotivasi Tony dan Maureen, untuk mengubah catatan harian mereka menjadi buku panduan perjalanan (travel guidebook). Kebetulan, pada tahun 1970-an, buku semacam itu nyaris tidak ada di pasaran. Maka, lahirlah buku Across Asia on the Cheap dan South-East Asia on a Shoestring. Buku ini banyak menarik peminat dan ludes di pasaran dalam waktu singkat.
Pasangan ini kemudian menulis dan menerbitkan buku-buku lain di bawah bendera perusahaan Lonely Planet (LP). Contohnya: Chasing Rickshaws (esai bergambar tentang rickshaw di Asia Tenggara), Time & Tide: The Islands of Tuvalu, dan Rice Trails: A Journey Through the Ricelands of Asia & Australia.
Usaha The Wheelers berujung pada kesuksesan. Pada 2005, buku panduan tentang Timor Timur dianugerahi Pacific Asia Travel Association 2005 Gold Award sebagai Best Travel Guidebook. Kemudian pada 2008, LP sudah punya 800-an karyawan dan merilis sedikitnya 500 judul buku yang diterjemahkan ke dalam 8 bahasa. Dalam kurun waktu satu tahun, LP bisa menjual sekitar 6 juta kopi buku. LP juga telah memiliki markas di Melbourne, London, dan Oakland, serta melebarkan usahanya ke dalam program televisi, majalah, website (www.lonelyplanet.com), dan podcast.
Komitmen LP adalah menyediakan panduan bagi pelancong independen, memberikan saran yang bisa dipercaya, dan ulasan yang tidak memihak. Hingga saat ini, hal itu terus dijaga oleh pasangan Wheeler. Mereka masih memiliki gairah dan keinginan yang sama besar seperti anak muda usia 20-an, serta tetap optimis, kreatif, dan konsisten dalam bekerja.
Sumber: Team Andriewongso.com link http://www.andriewongso.com/awartikel-2947-Success_Story-Perjalanan_Menuju_“Lonely_Planet”
Posted in Labels: Inspiration Story ()
0 comments:
Posting Komentar