Selamat Datang & Terima kasih Kunjungannya, Kami Mangabarkan Selanjutnya Anda Menentukan, Menerima Artikel & Banner Promo GRATIS! Kirim ke gecor_raden@plasa.com

NEW YORK – Musibah dengan skala mendekati tragedi 9/11 hampir terulang di kota New York , Amerika Serikat kemarin (16/1). Pesawat Airbus A320 milik US Airways mendarat darurat karena dua mesinnya tidak berfungsi setelah kemasukan burung yang ditabraknya.

Seperti mukjizat, meskipun pesawat dengan 155 penumpang dan awak itu nyemplung ke Sungai Hudson yang membeku, tidak jauh dari pusat kota Manhattan yang padat gedung-gedung tinggi, namun tidak ada korban tewas dalam peristiwa itu. Hanya ada satu penumpang yang patah kaki dan petugas kesehatan menangani 78 penumpang –kebanyakan cedera kecil– di rumah sakit terdekat.

US Airways nomor penerbangan 1549 itu lepas landas dari Bandara LaGuardia, New York, menuju ke Charlotte, North Carolina, pukul 15.26, Kamis (15/1) waktu setempat atau sekira pukul 05.26, Jumat dini hari (16/1) WIB. Setelah satu menit terbang, pilot melaporkan adanya ’’serangan burung terhadap dua mesin’’ dan meminta izin untuk kembali ke darat. Tapi, upaya pilot itu diurungkan dan dia memilih mendaratkan pesawatnya ke Sungai Hudson.

Keputusan tersebut ternyata tepat. Permukaan Sungai Hudson yang saat itu bersuhu 1 derajat Celsius mampu mencegah benturan keras ke bodi pesawat. Selain itu, dalam hitungan menit, perahu karet tim SAR dan paramedis New York datang melakukan pertolongan. Meskipun shocked, penumpang pesawat US Airways hanya merasa kedinginan dan mereka bersyukur semua bisa selamat.

Menara kontrol Bandara LaGuardia sempat melihat pesawat melewati Jembatan George Washington dengan jarak 300 meter sebelum masuk ke air. Seorang saksi mata, Ben Vonklemperer, mengatakan dirinya melihat langsung kejadian dari lantai 25 gedung bank tempatnya bekerja.

’’Ini merupakan keputusan yang tepat memasukkan pesawat dalam air,’’ katanya. Lantas, siapakah sang pilot terampil dan ’’berkepala dingin” itu? Dialah Chesley B ’’Sully’’ Sullenberger III, 57, dari Danville, California, AS. Menurut data kantor berita AP, Sullenberger adalah mantan pilot tempur yang juga sempat menjadi konsultan perusahaan penerbangan komersial. Sebelum bergabung dengan US Airways pada 1980, dia menerbangkan jet tempur F-4 di Angkatan Udara AS pada 1970-an. Dia kemudian bekerja pada badan penyelidik kecelakaan pesawat terbang dan juga sempat aktif di US National Transportation Safety Board.

Pengalaman panjang itu membuat Sullenberger sangat tenang saat menghadapi situasi dua mesin mati dan sedang berada di atas kota dengan penduduk terpadat di AS. ’’Dia mendaratkan pesawat itu dengan benturan yang sedikit lebih keras dibandingkan saat pesawat biasanya landing,” ujar seorang penumpang, Joe Hart.

Bahkan, setelah seluruh penumpang dievakusi, Sullenberger masih menolak meninggalkan pesawat. Dia memilih mengitari pesawat dua kali guna memastikan semua penumpang sudah keluar dan memastikan tidak ada lagi yang berada di dalam pesawat. Sullenberger kini menjadi ’’pahlawan dadakan” di AS, yang mengundang pujian dari wali kota dan gubernur serta langsung memunculkan situs penggemar (fans club online).

’’Kita baru melihat keajaiban di Hudson. Tragedi ini boleh jadi merupakan yang paling spektakuler bagi kota New York,’’ ujar Gubernur New York David Paterson yang menyebut insiden itu sebagai ’’mukjizat Hudson’’.

PESAWAT TEMPUR

Sementara itu Chesley B ’’Sully’’ Sullenberger adalah pilot kawakan. Lelaki 57 tahun itu menerbangkan US Airways sejak 1980. Sebelum menerbangkan pesawat sipil, Sully memiloti pesawat tempur F-4 pengawal pesawat kepresidenan AS, Air Force One. Pengalaman pentingnya itu dilakoni pada 1970-an. Selepas menjadi pilot kemiliteran, Sully mengabdi sebagai penyelidik insiden penerbangan. Dia ikut serta dalam beberapa investigasi Badan Keselamatan Transportasi Nasional AS.

Sully juga presiden Metode Keselamatan Teruji, perusahaan di California yang mendedikasikan pada keselamatan penerbangan. Tekadnya ialah menggunakan penerbangan komersial yang paling aman sebagai bahan konsultasi. Setelah membuat ’’mukjizat di Hudson’’ itu, mailbox perusahaannya langsung penuh. Para penggemar dadakan langsung menyerbu untuk memberikan selamat.

’’Ya, Tuhan. Saya takut terbang. Tetapi, saya akan gembira menjadi salah seorang penumpang di pesawat Anda,’’ tulis Melanie Willis dalam tembok ’’Fans Sully Sullenberger’’. ’’Anda menyelamatkan nyawa banyak orang dan Anda pahlawan sejati.’’ Dia juga dipuji sebagai pilot yang berada di urutan paling belakang ketika keluar dari pesawat. Saat krisis itu, Sully didampingi kopilot Jeff Skiles. Pilot berusia 49 tahun ini juga berpengalaman 23 tahun menerbangkan US Airways.

Selain pengalaman, Sully pernah belajar psikologi. Fokusnya, bagaimana menjaga agar kru penerbangan tetap bisa bertugas dengan tenang selama krisis di udara. Info itu disampaikan koleganya, Robert Bea, insinyur sipil yang ikut mendirikan Pusat Manajemen Bencana Besar di Universitas California Berkeley. Bea yakin, hanya sedikit pilot yang bisa mengendalikan situasi dengan baik dan mendarat dengan aman seperti Sully.

’’Ketika pesawat sedang meluncur jatuh dengan banyak orang yang memercayaimu, itu adalah tes. Sully membuktikan bisa menyelesaikan tes itu. Dia telah mempelajarinya, dia berlatih, dan dia menjadikannya bagian dari hatinya,’’ kata Bea. (Sumber : Kaltim Post/CNN/AP/kim/roy)

Artikel Terkait :




Posted in Labels:

0 comments:

Posting Komentar

 

Belajar Blog

Arsip Blog

Copyright (c) 2008
| Belajar Blog | Syiar Islam | CatatanGecor| Jump to TOP