Selamat Datang & Terima kasih Kunjungannya, Kami Mangabarkan Selanjutnya Anda Menentukan, Menerima Artikel & Banner Promo GRATIS! Kirim ke gecor_raden@plasa.com

SAYA pernah terkesan dengan sebuah kisah yang saya dapat ketika sayamasih belajar di bangku Madrasah Aliyah Program Khusus Surakarta. Kisahitu disampaikan oleh seorang ustad untuk memotivasi kami agar tidakmeremehkan sebuah tanggung jawab sekecil apa pun. Kisah tentang bejanaraja yang berisi air. Saat itu saya tidak tahu dari mana ustadmendapatkan kisah itu. Dari buku apa,dari kitab apa? Belakangan saya mendapati kisah serupa termaktub juga dalam buku Lentera Hati karya ProfQuraish Shihab.Dikisahkan, suatu ketika seorang raja yang bijaksana ingin mengujikesadaran dan loyalitas rakyatnya. Sang raja menitahkan agar setiaporang pada malam yang telah ditetapkan, membawa sesendok madu, untukdituangkan dalam bejana yang telah disediakan di puncak sebuah bukit takjauh dari ibu kota kerajaan.Seluruh rakyatnya pun memahami benar perintah tersebut dan menyatakankesediaan mereka untuk melaksanakannya.
Akan tetapi, ada seorang rakyatyang berpikiran nakal, terlintaslah satu cara untuk mengelak dari titahraja. Dalam hati ia berkata, "Aku akan membawa sesendok penuh, tetapibukan madu. Aku akan membawa air. Kegelapan malam akan melindungi daripandangan mata seseorang. Tak akan ada yang tahu. Raja juga tidak akantahu kalau aku cuma bawa sesendok air. Dan Bukankah sesendok air tidakakan mempengaruhi satu bejana berisi madu yang dibawa oleh seluruhrakyat negeri ini" Malam yang ditentukan telah berlalu. Dan tibalah saat yang bersejarahuntuk melihat isi bejana. Betapa kagetnya sang raja, juga seluruhrakyatnya, ternyata bejana yang besar itu hanya penuh dengan air saja.Rupanya seluruh rakyat negeri itu memiliki pikiran nakal yang sama.Punya ide negatif yang sama. Mereka berpikir hanya dirinyalah yangmembawa sesendok air, yang lain pasti membawa madu. Mereka berpikirbahwa jika cuma dirinya saja yang membawa sesendok air dan seluruhrakyat membawa madu, maka tidak apa-apa. Tidak berpengaruh apa-apa.Seluruh rakyat berpikiran yang sama, jadinya bejana itu tidak berisimadu seperti yang diharapkan sang raja, tapi berisi air. Dulu, saat mendengar cerita itu saya sempat tersenyum karena lucu. Namunbelakangan ini, ketika mengingat kembali kisah bejana berisi air itu disela-sela aktivitas saya, saya tidak lagi bisa menemukan perasaan lucuitu. Sebaliknya, yang terbit justru perasaan miris, yang tiba-tibamencengkeram batin saya. Ada rasa takut bahwa dua adegan dalam kisah diatas tidak lagi menjadi cerita dongeng belaka, tapi telahsungguh-sungguh, menjelma menjadi sebuah potret atas kenyataan yangsedang berlangsung di negeri kita. Di mana seluruh penduduknya adalahaktor dengan watak yang serupa dalam dua cerita di atas. Jujur, kita masih sangat sering menjumpai dan mendengar adanya oknumpegawai negeri yang keluyuran di tengah-tengah jam kerja. Dia mungkinberpikir, "Ah cuma setengah jam. Tidak akan mengganggu kinerja. Tidakakan merugikan negara. Tidak akan menghambat kemajuan negeri ini."Cobalah kita renungkan jika ada ratusan ribu pegawai negeri yangberpikiran dan berperilaku seperti itu, berapa besar kerugian negaraini. Berapa besar jumlah uang rakyat yang digunakan untuk menggajiorang-orang yang kerjanya keluyuran seperti itu.Beberapa waktu yang lalu kita mendengar ada oknum guru yang membocorkankunci jawaban ujian nasional. Mungkin guru itu berpikiran sangatpragmatis, "Ah yang aku beri tahu kunci jawaban itu cuma satu dua orangmuridku. Tidak akan mempengaruhi SDM bangsa Indonesia. ". Saya sangatkhawatir jika ternyata yang berpikiran tidak disiplin dan sembronoseperti itu ternyata tidak satu dua guru, bagaimana jika puluhan ribuguru? Kita juga masih sering mendengar berita pejabat dan anggota dewan yangberperilaku amoral. Hotel prodeo sesak oleh oknum pejabat dan anggotadewan yang terbukti korupsi. Mungkin saat mereka melakukan korupsiberpikiran, "Ah jika aku ambil sedikit kan tidak apa-apa. Negara inikaya, diambil sedikit tidak kentara dan tidak berpengaruh apa-apa."Bagaimana jika pikiran jahat seperti itu masih mengakar di kepala paraanggota dewan. Apa yang akan terjadi pada negeri ini? Berita meninggalnya Sophan Sophian mengejutkan kita semua. Beliaumeninggal karena kecelakaan di jalan raya, di Sragen. Kecelakaan karenalubang kecil saja di jalan raya. Mungkin pejabat yang bertanggung jawabsaat tahu ada jalan yang lubang, dalam benaknya muncul pikiran, "Ah cumalubang kecil. Tidak apaapa. Tidak mempengaruhi maju mundurnyaIndonesia." Ya, cuma lubang kecil. Bagaimana jika yang jatuh kemudiantewas karena lubang kecil di jalan itu adalah orang nomor satu ataunomor dua di Indonesia? Bagaimana jika yang jatuh adalah seorang ilmuwanyang sangat penting bagi Indonesia dan dunia?Untuk menyelamatkan Indonesia sebenarnya tidak perlu teori yangmuluk-muluk dan njelimet. Cukuplah dimulai dari membenahi cara berpikirseluruh elemen negeri ini. Jika seluruh elemen bangsa ini, seluruhrakyat, dan seluruh aparatur pemerintahnya berpikir positif, bersih,jujur, bertanggung jawab dan tidak mementingkan diri sendiri, InsyaAllah bangsa ini akan menjadi bangsa yang besar. Namun, jika ada satuorang saja di negeri ini berpikiran jahat, culas, mengkhianati negara,maka sangat berat untuk membangun Indonesia sebagai negara yang besar,makmur,dan sejahtera. Cukuplah jika Indonesia meminta sesendok madu,jangan sekali-kali--mulai presiden sampai rakyat jelata--berpikir untukmembawa sesendok air, apalagi berpikir tidak membawa apa-apa.Berilah Indonesia sesendok madu, maka bejana Indonesia akan penuh madu.Jika Indonesia meminta untuk tidak korupsi, untuk bertanggung jawab,jangan pernah ada yang tebersit untuk korupsi meskipun hanya sebutirkerikil, Insya Allah kita akan bangkit, maju, dan jaya. Mari kita berisesendok madu untuk bejana Indonesia. Mari!
Jakarta,19 Mei 2008
Habiburrahman El ShirazyBudayawan Muda,
Penulis Novel Ayat Ayat Cinta

Artikel Terkait :




Posted in Labels:

0 comments:

Posting Komentar

 

Belajar Blog

Arsip Blog

Copyright (c) 2008
| Belajar Blog | Syiar Islam | CatatanGecor| Jump to TOP