Selamat Datang & Terima kasih Kunjungannya, Kami Mangabarkan Selanjutnya Anda Menentukan, Menerima Artikel & Banner Promo GRATIS! Kirim ke gecor_raden@plasa.com

Sumber Dari http://www.divusi.com/blog/?p=133
Kali ini, bahasan yang ingin disampaikan tidak terkait dengan Teknologi Informasi atau Teknologi Komunikasi. Tapi gara-gara kedua teknologi itulah, artikel di Internet tersebut tertarik untuk dicoba. Topik bahasan kali ini berkaitan dengan dunia Otomotif, yang secara langsung maupun tidak langsung, dipicu oleh kenaikan harga BBM. Dalam beberapa milis Otomotif yang ikuti, belakangan ini banyak dibahas tentang Bahan Bakar dari Air. Dari Air…?? Yang bener… mana mungkin…?? Pinjam istilah Pak Riza: To Good To Be True. Tapi setelah di pelajari lebih lanjut, ternyata It's True dan Good. Walaupun tidak murni "hanya" dari air, tapi dengan cara ini konsumsi BBM bisa sangat dihemat.Beberapa Milis yang sudah mengaplikasikan, bisa menghemat dari sebelumnya 1:8 menjadi 1:22.Kalo ini masih perlu dibuktikan dulu kebenarannya.Dari beberapa situs antara lain: www.water4gas.com, en.wikipedia.org/wiki/Oxyhydrogen_flame, wasserwagen.blogspot.com dan beberapa lainnya, didapatkan bahwa ternyata melalui suatu proses Elektrolisa, komposisi kimia Air yang tadinya H-O-H bisa diubah menjadi H-H-O. Dan karena komposisi ini tidak stabil, maka akan berubah lagi menjadi H-H dan O-O. H2 dan O2: Hydrogen dan Oksigen. Kalau Hydrogen dan Oksigen ini disuntikkan ke dalam ruang bakar, maka "ledakan"-nya akan semakin kuat, dan hasil pembakaran menjadi semakin bersih karena tidak ada Bensin yang tidak terbakar. Jadi, selain menghemat BBM (karena tenaga yang dihasilkan lebih besar), juga mendukung Udara Bersih dan Anti Global Warming. Sangat menarik. Yang lebih menarik lagi, ternyata "ilmu" ini adalah Open Source. Siapa saja boleh mengembangkan dan membuatnya, tanpa khawatir kena tuntutan Undang-Undang Hak Cipta. Mencoba membangun "Reaktor Hydrogen" :
p>Penyediaan perabotan , seperti Bejana berbentuk Stoples Index-IBCC, seharga Rp. 49.900,-, kran Stainless Steel (selang udara Aquarium) Harganya: Rp. 8.500,-. Bahan lainnya yaitu Acrylic, sisa-sisa bikin Casing Wind Telemetry.







Mengerjakan Reactor. Acrylic dipotong, digergaji, diamplas dan Selanjutnya, bikin Elektroda. Sepanjang sisi Acrylic diberi lubang-lubang, berjarak 1 cm antara satu dengan lainnya. Melalui lubang-lubang tersebut, dililitkan 2 utas Kawat Stainless Steel yang dibeli di Gang Suniaraja, seharga Rp. 2.000,- semeter. Beli 4 meter, masih lebih 50 cm. Kawat pertama melewati lubang 1-3-5-7 dst, sementara kawat yang lain melalui lubang 2-4-6-8 dst. Prinsipnya, antara kawat yang satu dengan yang lain tidak boleh terhubung langsung.
Pemasangan Elektroda ini ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Perlu waktu 2 hari penuh untuk melakukannya.






Pekerjaan selanjutnya adalah pemasangan Kran dan terminal listrik, yang selanjutnya akan dihubungkan dengan kawat. Setelah Kran dan Terminal terpasang pada tempatnya, dibuat juga beberapa lubang tempat lewat Gas hasil reaksi. Selanjutnya terminal dengan kawat dihubungkan melalui Kabel.






Selesailah pembuatan Reactor Hydrogen.

Tahap Ujicoba : Reactor Hydrogen diinstalasi di VW Kodok Putih. Reaktor dipasang di dalam Kompartemen mesin sebelah kanan. Hanya di sanalah ruang kosong yang tersisa. Dari Kran dipasang selang Vacum langsung ke Manifold Carburator. Terminal listrik dihubungkan dengan Ground dan Accu, melalui pelindung Sekering. Setelah Reaktor terpasang kuat pada tempatnya, selanjutnya adalah pengisian Air. Air yang digunakan adalah air suling, supaya tidak ada endapan sisa reaksi. Sebagai katalisator, digunakan Soda Kue. Soda Kue ini dibeli dari Warung Tetangga, seharga Rp. 800,-. Sampailah pada tahap Menghidupkan mesin. Sebelum mesin dihidupkan, kran ditutup dulu. Kondisi ini sama dengan kondisi awal, dimana hanya Bensin dan Udara yang masuk ke dalam ruang bakar.
Cekk, brum… mesin hidup. Dalam reaktor terlihat Gas Hydrogen yang berwarna Coklat. Karena warna inilah maka di beberapa situs disebut sebagai Brown Gas. Pelan pelan kran dibuka. Putaran mesin meningkat, dan lebih rata dari sebelumnya. Asap knalpot tidak berbau menyengat, dan tidak bikin perih mata.
Test jalan, hasilnya: Pada kecepatan rendah, tidak terasa bedanya. Tapi pada kecepatan yang lebih tinggi, terasa sekali bahwa tenaganya bertambah. Pada saat dipaksakan melalui jalan menanjak dengan gigi tinggi, tidak ada gejala "nglitik". Konsumsi bahan bakar belum bisa dipastikan, karena harus dicoba beberapa hari. Kalau memang performa-nya meningkat, bahan bakar semakin irit, kira-kira… boleh nggak yha diaplikasikan di mobil Divusi…??

Artikel Terkait :




Posted in Labels:

0 comments:

Posting Komentar

 

Belajar Blog

Arsip Blog

Copyright (c) 2008
| Belajar Blog | Syiar Islam | CatatanGecor| Jump to TOP